Journal of Medical Laboratory and Science
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls
<p>Journal of Medical Laboratory and Science dengan <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20220330071609256">e-ISSN 2829-1158</a>; yang memuat hasil penelitian, studi pustaka, artikel maupun tulisan lain terkait bidang kesehatan khususnya bidang teknologi laboratorium medik yang meliputi Parasitologi, Immunoserologi, Virologi, Bakteriologi, Kimia Klinik, Toksikologi, Hematologi, Analisa Makanan dan Minuman, teknologi pendidikan bidang laboratorium, manajemen laboratorium serta disiplin ilmu yang terkait lainnya. Jurnal ini merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Poltekkes Kemenkes Palembang yang dikelola Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Palembang. Jurnal ini diterbitkan setiap 6 bulan sekali (April dan Oktober).</p> <p><input id="ext" type="hidden" value="1"><input id="ext" type="hidden" value="1"><input id="ext" type="hidden" value="1"></p> <p><input id="ext" type="hidden" value="1"><input id="ext" type="hidden" value="1"><input id="ext" type="hidden" value="1"></p>Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembangen-USJournal of Medical Laboratory and Science2829-1158<div class="pkp_structure_content container"> <div id="main-content" class="page page_submissions"> <div class="copyright-notice"> <p>Authors who publish with this journal agree to the following terms:</p> <ol> <li class="show">Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a <a href="http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/" target="_new">Creative Commons Attribution License</a> that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.</li> <li class="show">Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.</li> <li class="show">Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work</li> </ol> </div> </div> <aside id="sidebar" class="pkp_structure_sidebar left col-xs-12 col-sm-2 col-md-4" role="complementary" aria-label="Sidebar"> <div id="customblock-Menu" class="pkp_block block_custom"> </div> </aside> </div> <footer class="footer" role="contentinfo"> <div class="container"> </div> </footer>PENGARUH WAKTU TUNGGU DAN JARAK TEMPUH PENGIRIMAN SAMPEL MENGGUNAKAN SISTEM TABUNG PNEUMATIK TERHADAP NILAI PROTHROMBIN TIME DI RUMAH SAKIT ADVENT
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2073
<p><strong>ABSTRAK </strong></p> <p><strong>Latar Belakang </strong>Saat ini semakin banyak pemeriksaan laboratorium yang menggunakan peralatan otomatis, tentunya sangat menunjang untuk hasil laboratorium yang cepat dan akurat. Salah satu teknologi yang digunakan untuk transportasi sampel yang digunakan di Advent Hospital Bandung adalah Sistem Tabung Pneumatik (STP). STP merupakan bagian integral dari fasilitas medis besar yang menyediakan interkoneksi cepat antar unit di rumah sakit dan sering digunakan untuk mengangkut sampel darah. Prinsip kerja STP adalah sistem dengan vakum parsial melalui jaringan pipa, mendorong wadah silinder sehingga tempat material yang dikirim menyerupai kapsul dapat meluncur di sepanjang jalur pipa dengan kecepatan tinggi. <strong>Tujuan : </strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh waktu tunggu dan jarak yang ditempuh oleh sistem tabung pneumatik terhadap pemeriksaan PT. <strong>Metode : </strong>Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif yang membandingkan nilai pemeriksaan PT pada sampel pemeriksaan. Sepuluh orang diambil darah venanya, masing-masing 8 tabung vacutainer dengan antikoagulan natrium sitrat 3,2%. Semua tabung vacutainer dikirim ke laboratorium oleh petugas pengiriman. Satu tabung dikirim langsung dan tiga tabung vacutainer lainnya dikirim dari laboratorium ke unit perawatan lantai 1, 4 dan 6 dengan jarak pneumatik 50 meter, 100 meter dan 200 meter, dan empat tabung lainnya dikirim dengan cara yang sama setelah waktu tunggu 1 jam. Pemeriksaan PT dilakukan secara bersamaan menggunakan koagulator metode magnetis mekanik. <strong>Hasil : </strong>Data penelitian diolah secara statistik menggunakan uji GLM, hasil uji diperoleh nilai Fcount = 0,973 dan Sig. = 0,458 > α (0,05). <strong>Kesimpulan : </strong>Hasil penelitian ini adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara waktu tunggu dan jarak yang ditempuh oleh STP terhadap pemeriksaan PT.</p> <p><strong>Kata Kunci </strong>PT, STP, waktu tunggu, jarak STP, uji GLM</p>Pramudho Subroto PutroAni RiyaniEem HayatiMuhammad Firman Solihat
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-30411810.36086/medlabscience.v4i1.2073ANALISIS FAKTOR PENYEBAB DAN TINDAKAN PERBAIKAN PENOLAKAN SPESIMEN DARAH DI RSUD CIDERES MAJALENGKA
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2085
<p><strong>Latar Belakang: </strong>Pengujian di laboratorium melibatkan tiga tahapan yaitu tahap pre analitik, tahap analitik dan tahap paska analitik. Tahapan pre analitik menyumbang kesalahan laboratorium terbesar. Kesalahan pada tahap pre analitik yang sering terjadi penolakan spesimen darah di RSUD Cideres Majalengka sehingga pihak manajemen melakukan perbaikan kejadian tersebut berdasarkan jumlah penolakan spesimen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor penyebab penolakan spesimen darah, faktor prioritas penyebab penolakan spesiemen darah dan penurunan penolakan spesimen di Laboratorium RSUD Cideres Majalengka setelah dilakukan perbaikan terhadap petugas.<strong> Metode:</strong> Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif observasi. Responden dari penelitian ini adalah 38 perawat ruang rawat inap yang melakukan pengambilan spesimen darah dan terinventaris penolakan spesimen darah. <strong>Hasil penelitian:</strong> Diperoleh faktor prioritas penyebab terjadinya penolakan spesimen darah adalah 42% perawat yang belum pernah pelatihan flebotomi, 37% perawat yang pengetahuannya kurang, dan 26% perawat yang tidak nyaman saat flebotomi. Jenis perbaikan yang dilakukan adalah melakukan meningkatkan pengetahuan tentang flebotomi berdasarkan WHO kepada perawat dengan nilai rata-rata sebelum perbaikan adalah 82 menjadi 99. Sedangkan faktor perawat yang belum pernah pelatihan flebotomi dan perawat yang kurang nyaman saat flenotomi pihak manajemen rumah sakit akan merencanakan diadakan pelatihan flebotomi dan pengadaan ruangan khusus tindakan di ruang rawat inap. <strong>Kesimpulan:</strong> Terdapat penurunan persentase pernolakan spesimen darah di Laboratorium RSUD Cideres Majelengka setelah dilakukan tindakan perbaikan yaitu 96%. <strong>Kata Kunci : Laboratorium, Penolakan Spesimen, Pre analitik</strong></p>Reni Apriani RosyaWiwin WiryantiGanjar NoviarIra Gustira Rahayu
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-304191810.36086/medlabscience.v4i1.2085ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DI LABORATORIUM RSUD MAJALENGKA
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2093
<p><strong><em>Background: </em></strong><em>Clinical laboratory is a medical laboratory which provide services for clinical specimen examination in order to get personal health information mainly to confirm a diagnose, to cure a disease and recover the health. Based on the incident report in RSUD Majalengka during 2020, there were 3 laboratory personils slipped to injured, 2 people pricked by a needle, and the latest report showed there was 1 person infected by tuberculosis. Risk management is developed to minimize work accident risk and also occupational borne disease for health workers especially in laboratories. This study was aimed to identify operational risk, analyze the risk level and to determine operational risk control in the laboratory of RSUD Majalengka. </em><strong><em>Methods</em></strong><em>: </em><em>This was a descriptive qualitative and quantitative study with observation through interviews with 21 MLTs in the laboratory of RSUD Majalengka</em><em>, <strong>Results</strong>: </em><em>The results showed 12 operational risks with a low risk of 17%, a medium risk of 75% and a high risk of 8%. The control carried out on operational risks is in the form of controls that aim to reduce the possibility of substitution, technical control, administrative control and the use of PPE</em><em>. <strong>Conclusion</strong>:</em><em> in the laboratory of RSUD Majalengka</em> <em>has carried out controls, but to see the effectiveness of these controls, regular monitoring and evaluation needs to be carried out.</em></p> <p><strong><em>K</em></strong><strong><em>eywords</em></strong><em> : </em><em>Risk, Occupational Health dan Safety, laboratory</em></p>Vivi Anggriani NaueAsep DermawanYuliansyah SM Yuliansyah SMWiwin Wiryanti
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041192810.36086/medlabscience.v4i1.2093PERBEDAAN KORELASI GLUKOSA DARAH PUASA PENDERITA DM DENGAN HbA1c METODE ENZIMATIK DAN HPLC DI RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2105
<p><strong><em>Background:</em></strong> <em>Diabetes Mellitus (DM) is one of the diseases that many people in the world suffer from today, its development is very worrying because it is one of the diseases that can cause death. One of the tests requested by the doctor is the HbA1c parameter, so far at Advent Bandung Hospital using the enzymatic method. The aim of this study was to look at the differences in the correlation between fasting blood glucose examination results and HbA1c levels using enzymatic and HPLC methods</em><em>. </em><strong><em>Methods</em></strong><em>:</em> <em>The research method currently used is descriptive and was carried out at the Clinical Pathology Laboratory Installation at Bandung Adventist Hospital in November with a total of 30 patients suffering from diabetes</em><em>. </em><em> <strong>Results</strong>: The results were analyzed using the SPSS version 25 application. Tested with a normality test followed by a correlation test, the results showed a strong relationship between fasting blood glucose levels and HbA1c levels by the enzymatic and HPLC methods, from both methods the results of the HbA1c examination were between the enzymatic and HPLC methods. there is no significant difference. This means that both methods can be used to check HbA1c at the Bandung Adventist Hospital. HbA1c, this is because the two methods do not have significant differences and have high accuracy</em><em>.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em> : Diabetes, Fasting Blood Glukoce , HbA1c Method Enzymatic and HPLC</em></p>Indriati WidianingrumNani Kurnaeni
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041293910.36086/medlabscience.v4i1.2105HUBUNGAN STUNTING DENGAN TINGKAT KECACINGAN PADA ANAK-ANAK DESA INDRAGIRI KECAMATAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2120
<p><strong>Latar Belakang: </strong>Kecacingan adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit cacing dan merupakan infeksi terbanyak di dunia termasuk di Indonesia. Salah satu kebutuhan primer anak usia dini yang harus dipenuhi adalah gizi dan kesehatan, sehingga tumbuh dan berkembang anak dapat terjamin secara optimal sesuai kebutuhan mereka.<strong> Metode:</strong> Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey deskriptif dengan desain studi<em> cross sectional</em>. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa di TK Tunas Karya I dan TK Tunas Karya III di Desa Indragiri Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung yang berjumlah 56 orang. <strong>Hasil penelitian:</strong> Hasil penelitian didapatkan stunting pendek sebanyak 18 orang dengan presentase 32%, anak dengan stunting sangat pendek 3 orang dengan presentase 5%, sedangkan anak dengan stunting sangat kurus sebanyak 1 orang dengan presentase 2%. Seluruh anak 100% negatif kecacingan. <strong>Kesimpulan:</strong> Kesimpulan tidak ada hubungan antara stunting dan kecacingan di Desa Indragiri Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.</p> <p><strong>Kata Kunci : Stunting, Kecacingan, Gizi</strong></p>Ibrahim Purdanta MelliandoSulaeman SulaemanYuliansyah Sundara MuliaAsep Dermawan
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041404510.36086/medlabscience.v4i1.2120PENERAPAN MATRIK SIGMA SEBAGAI PENILAIAN UNJUK KERJA PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK DI RSUD MAJALENGKA
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2123
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Matrik Sigma adalah bagian dari Sistem Manajemen Mutu yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi proses dan mengurangi tingkat kesalahan untuk meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan, dengan menghitung kinerja proses yang menggabungkan hasil perhitungan dari <em>Total Error Allowable</em> (TEa), bias (d%) dan koefisien variasi (CV%). Tujuan untuk melihat gambaran Matrik Sigma pada Pemantapan Mutu Internal pemeriksaan Kimia Klinik dan mengetahui parameter-parameter yang dapat diterapkan Matrik Sigma. <strong>Metode:</strong> Deskriptif analitik. Data diperoleh dari Pemantapan Mutu Internal pemeriksaan Kimia Klinik di Instalasi Laboratorium RSUD Majalengka. <em>Total Error Allowable</em> (TEa) yang digunakan berasal dari <em>Biological Variability</em>, RiliBÄK, RCPA, dan CLIA. TEa dipetakan berdasarkan area yang ada di dalam grafik. Penetapan sumber TEa berdasarkan algoritma seleksi TEa. <strong>Hasil:</strong> TEa dari <em>Desirable Biological Variability</em> untuk SGOT, SGPT, Bilirubin Total, dan Trigliserida, TEa dari <em>Optimal Biological Variability</em> untuk Bilirubin Direk, TEa dari RiliBÄK untuk Albumin, TEa dari RCPA untuk Ureum, Dan TEa dari CLIA untuk Kolesterol, Glukosa, Kreatinin, Asam Urat dan Total Protein. Nilai Matrik Sigma yang didapat pada skala sigma, yaitu : SGOT 6,81; SGPT 7,53; Bilirubin Total 6,03; Bilirudin Direk 7,11; Trigliserida 7,99; Albumin 4,71; Ureum 1,96; Kolesterol 2,1; Glukosa 2,89; Kreatinin 2,91; Asam Urat 3,71; dan Total Protein 0,71. Parameter yang memiliki nilai < 4 sigma dilakukan perhitungan <em>Quality Gold Index</em> (QGI) untuk menentukan permasalahan yang menyebabkan parameter tersebut memiliki nilai sigma yang rendah.<strong> Kesimpulan:</strong> Parameter yang direkomendasikan untuk dapat diterapkan Matrik Sigma adalah paramater yang memiliki nilai 4 sigma.</p> <p><strong>Kata kunci : </strong>TEa, algoritma, matrik sigma, QGI</p>Ari ArdiansyahSonny Feisal RinaldiSurya RidwannaAni Riyani
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041465510.36086/medlabscience.v4i1.2123ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL QUALITY CONTROL PADA PEMERIKSAAN UREUM DAN KREATININ DI LABORATORIUM PRAMITA CIMAHI
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2126
<p><span lang="IN"><strong>Latar Belakang:</strong> </span>Berdasarkan hasil observasi pada tahun 2023 di Laboratorium Pramita Cabang Cimahi didapatkan sigma < 3 pada pemeriksaan ureum dan kreatinin. Namun laboratorium belum melakukan upaya tindak lanjut penelusuran akar masalah dan menerapkan tindakan pencegahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kesalahan serta faktor penyebab kesalahan <em>quality control</em> pada pemeriksaan Ureum dan kreatinin, lalu dibuatkan rencana tindak lanjut. <strong><span lang="EN-US">Metode:</span></strong> Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Data dalam penelitian ini diambil dari data sekunder hasil <em>quality control</em> ureum dan kreatinin pada bulan September-November 2023 di Laboratorium Pramita Cimahi. <strong><span lang="EN-US">Hasil:</span> </strong>Didapatkan hasil perhitungan <em>quality goal index ratio</em> dengan nilai <0,8 pada pemeriksaan <em>quality control</em>ureum dan kreatinin level 1 dan 2. Dengan nilai tersebut, maka jenis kesalahan yang terjadi yaitu terletak pada impresisi. Berdasarkan data <em>checklist</em> observasi didapatkan data hasil penelitian berupa 10 daftar penyebab kesalahan <em>quality</em> <em>control </em>pemeriksaan ureum dan kreatinin di Laboratorium Pramita cabang Cimahi. <strong><span lang="EN-US">Kesimpulan: </span></strong>Didapatkan hasil penelitian bahwa jenis kesalahan pada pemeriksaan <em>quality control</em> ureum dan kreatinin yaitu kesalahan acak dengan faktor penyebab kesalahan yaitu stabilitas reagen yang melebihi batas <em>onboard stability.</em> <span lang="EN-US"><strong>Kata kunci :</strong> </span>kesalahan acak, kesalahan <em>quality control.</em></p>Encep Yana AditiaNani KurnaeniSonny Feisal RinaldiDewi Nurhayati
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041566210.36086/medlabscience.v4i1.2126HUBUNGAN KARATERISTIK ATLM TERHADAP TURN AROUND TIME (TAT) HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DI RSUD MAJALENGKA
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2136
<p><strong>Latar Belakang: </strong>Hasil pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat bagi para klinisi menegakan diagnosis pasien dan mempercepat terapi pengobatan pasien. Standar pelayanan minimal rumah sakit salah satunya yaitu waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium (TAT) <140 menit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahi hubungan karateristik petugas ATLM terhadap <em>Turn around Time</em> hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Majalengka.<strong> Metode:</strong> Jenis penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan jenis penelitian <em>cross sectional.</em> Responden penelitian ini adalah seluruh petugas laboratorium di RSUD Majalengka yang berjumlah 22 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan koesioner, analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat. <strong>Hasil penelitian:</strong> Menujukkan bahwa setiap variabel dengan tingkat probabilitas α=0,05 yaitu variabel usia diperoleh nilai <em>Sig</em>.=0,857, variable jenis kelamin diperoleh nilai <em>Sig</em>.=0,279, pendidikan diperoleh nilai <em>Sig</em>.=0,329, variable kompetensi ATLM di RSUD Majalengka memiliki nilai constant dalam arti semua kompoten, masa kerja diperoleh nilai <em>Sig</em>.=0,774, variabel beban kerja diperoleh nilai <em>Sig</em>.=0,193. Dari data yang telah diuji semua variabel dimana dengan nilai Sig lebih besar dari α=0,05% Oleh karena itu, hipotesis nol (Ho) diterima, yang berarti semua tidak berpengaruh terhadap TAT hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Majalengka. <strong>Kesimpulan:</strong> Bahwa karateristik petugas di laboratorium tidak berpengaruh terhadap waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium RSUD Majalengka. <strong>Kata Kunci : Waktu Tunggu, Karateristik ATLM, Pemeriksaan Laboratorium</strong></p>La RabiaIra Gustira RahayuEntuy KurniawanAni Riyani
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041637110.36086/medlabscience.v4i1.2136KOMBINASI KITOSAN DAN Lactobacillus acidophilus SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2147
<p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><strong><em>Background:</em></strong> <em>Chitosan is a prebiotic obtained from fishery waste raw materials such as shrimp heads and crab shells which are abundant in Indonesia. Prebiotics are indigestible ingredients that produce beneficial effects on the host by selectively stimulating the growth of one or more specific bacteria. LAB from the genera Lactobacillus and Bifidobacterium have potential as probiotic agents that are beneficial for human and animal health. The amount of probiotics can be optimized by using prebiotics. The synergistic concept between probiotics and prebiotics is known as synbiotics. This research aims to see the effect of the combination of chitosan and Lactobacillus acidophilus on the growth of Escherichia coli bacteria in Vivo.</em></p> <p><strong><em>Methods</em></strong><em>:</em><em> E. coli in cecum duck was determinant by plate count method.</em> <strong><em>Results</em></strong><em>: </em><em>The average of E. coli content in the cecum of pegagan duck were : </em><em>40.00; 78.33; 21.67; 19.33 dan 11.00x10<sup>5</sup> CFU/mL for treatment</em><em> A (control), B, C, D, E, F, G, and H respectively</em><em>. <strong>Conclusion</strong>:</em> <em>The results showed that the treatment had significant effect (P<0,05) on E. coli. </em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em> : </em><em>L. acidophilus</em> sp, Chitosan 0,2%, <em>E. coli</em></p>Erisa FebriyaniYusneli YusneliSri Sulpha SiregarHandayani HandayaniIis Afriayani
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041728010.36086/medlabscience.v4i1.2147THE AUTOANTIBODY AND ITS DETECTION IN MYASTENIA GRAVIS: LITERATURE REVIEW
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2163
<p><strong>Latar Belakang: </strong>Miastenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun yang terbatas pada organ tertentu di mana autoantibodi menyerang reseptor asetilkolin nikotinat di sambungan neuromuskular (NMJ). Gangguan fungsi reseptor ini menyebabkan kerusakan pada transmisi neuromuskular, menyebabkan kelelahan dan peradangan otot rangka, serta produksi antibodi serum terhadap antigen otot. Kelelahan pada otot, seperti pada mata, tenggorokan, bola mata, dan otot ekstremitas lainnya, memburuk saat beraktivitas namun bisa membaik dengan istirahat. MG merupakan penyakit langka dengan insiden 5,3 per juta orang per tahun dan prevalensi 77,7 per juta orang per tahun. MG bisa disebabkan karena kelainan bawaan neuromuscular maupun karena adanya autoantibodi. Patofisiologi miastenia gravis ditentukan oleh jenis autoantibodi pada penderita. Diagnosis MG terutama didasarkan pada penilaian klinis dan pengujian antibodi serum terhadap reseptor asetilkolin (AChR), tirosin kinase spesifik otot (MusK), dan lipoprotein densitas rendah 4 (LPR4) dan autoantibodi lain seperti agrin, titin, Kv14. Ryonadine yang dianggap memiliki keterlibatan dalam pathogenesis MG. Beberapa metode pengujian yan digunakan untuk mendeteksi autontibodi pada penderita MG yaitu RIPA, ELISA, FIPA dan CBA.</p>Septi WulandariDesi Oktariana
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-3041819310.36086/medlabscience.v4i1.2163GAMBARAN KEPADATAN LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN DUA ILIR KOTA PALEMBANG
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2231
<p><strong>Latar Belakang: </strong>Penyakit Demam Berdarah <em>Dengue </em>(DBD) disebabkan oleh virus <em>dengue </em>yang ditularkan melalui vektor nyamuk <em>Aedes aegypti</em>, yang berkembangbiak pada tempat penampungan air bersih atau air hujan misalnya bak mandi, ember, ban bekas dan lainnya. Tingginya kasus DBD di wilayah Kelurahan Dua Ilir menjadi salah satu faktor pentingnya mengetahui kepadatan larva <em>Aedes aegypti</em>. <strong>Tujuan penelitian: </strong>mengetahui gambaran kepadatan larva <em>Aedes aegypti</em> di Kelurahan Dua Ilir Kota Palembang Tahun 2024. <strong>Metode penelitian: </strong>Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasional. Populasi penelitian adalah seluruh rumah yang tercatat dalam Kartu Keluarga (KK) di Kelurahan Dua Ilir. Sampel yang digunakan adalah larva <em>Aedes aegypti </em>di penampungan air warga Kelurahan Dua Ilir sebanyak 180 KK. Metode yang dilakukan yaitu observasional larva secara visual dan teknik sampling yang digunakan adalah <em>multistage random sampling</em>. <strong>Hasil penelitian: </strong>Diketahui tingkat kepadatan larva <em>Aedes aegypti </em>berdasarkan nilai HI 41,11%, CI 39,1%, BI 51,67%, ABJ 58,89% sehingga diperoleh nilai DF 6,7 yang berkategori kepadatan tinggi. <strong>Kesimpulan: </strong>Tingkat kepadatan larva <em>Aedes aegypti</em> di Kelurahan Dua Ilir berada pada kategori kepadatan tinggi yang berarti memiliki resiko tinggi terhadap penularan penyakit DBD. Saran peneliti kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M Plus dan G1R1J.</p>Agnes SeptiawatiFandianta FandiantaHerry HermansyahAsrori AsroriHamril Dani
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-30419410110.36086/medlabscience.v4i1.2231ANALYSIS OF FEVER DURATION AND LEUKOCYTE TYPES IN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) PATIENTS IN PALEMBANG
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jmls/article/view/2237
<p><strong>Latar Belakang</strong>: DBD merupakan penyakit infeksi oleh virus, jenis arbovirus dari genus <em>Flavivirus</em> (famili Flaviviridae) dan mencakup empat serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Virus Dengue merupakan virus yang ditularkan oleh salah satu filum arthropoda yang ditularkan kepada manusia, khususnya nyamuk <em>Aedes aegypti dan Aedes albopictus.</em><strong> Metode:</strong> Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana peneliti menggunakan data sekunder tahun 2022 di RSUD Siti Fatimah Sumatera Selatan. Data berupa rekam medis dan pemeriksaan laboratorium tentang lama waktu demam dan hitung jenis leukosit). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang melakukan pemeriksaan jenis leukosit menggunakan alat <em>automatic</em> <em>hematology Analyzer.</em>Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, didapat sebanyak 32 rekam medis pasien. Uji analisis data menggunakan uji T tidak berpasangan. <strong>Hasil:</strong> Jumlah rata-rata basophil, eosinophil, netrofil dan limfosit dalam jumlah normal, namun ada peningkatan pada jumlah rata-rata monosit dengan lama waktu demam ≤ 7 hari, kemudian mengalami penurunan jumlah rata-rata pada lama waktu demam > 8 hari. Analisis perbedaan antara lama waktu demam ≤ 7 hari dan > 8 hari terhadap jumah basophil, eosinophil, netrofil, monosit dan limfosit yaitu > 0.05. <strong>Kesimpulan:</strong> lama waktu demam ≤ 7 hari tidak ada beda dengan > 8 hari terhadap jumlah basophil, eosinophil, netrofil, monosit dan limfosit. </p>Ardiya GariniSri Hartini HarianjaZaenab BerlianiAnton Syailendra
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-04-302024-04-304110210710.36086/medlabscience.v4i1.2237