Pengaruh Pengunaan Kitosan sebagai Zat Tambahan Terhadap Profil Disolusi Tablet Parasetamol

  • Ratnaningsih - Dewi Astuti Poltekkes Kemenkes Palembang
  • Muhamad Taswin
  • Nurmala Sari
Keywords: Kitosan, Disolusi, Paracetamol

Abstract

Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin hasil isolasi cangkang hewan berkulit keras (Crustacea) yang digunakan sebagai bahan tambahan sediaan farmasi. Didalam sediaan tablet kitosan digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan laju disolusi tablet dan mengontrol pelepasan zat aktif. Salah satu zat aktif yang diharapkan memiliki propil disolusi yang baik adalah parasetamol. Maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pengunaan kitosan sebagai zat tambahan baik sebagai penghancur dan pengikat terhadap profil disolusi tablet parasetamol. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan objek penelitian kitosan yang diformulasikan sebagai zat tambahan pada sediaan tablet parasetamol FI dan FII pada konsentrasi 1,5 dan 3 % sebagai pengikat dan FIII dan FIV pada konsentrasi 3,5% dan 7% sebagai penghancur. Formula-formula tersebut dibandingkan terhadap F0 sebagai formula kontrol yang menggunakan gelatin sebagai pengikat dan amilum jagung (corn starch) sebagai penghancur. Semua tablet dibuat dengan metoda granulasi basah. Kemudian dilakukan uji secara in vitro meliputi uji kestabilan fisik tablet berupa uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta penetapan kadar dan didapatkan hasil untuk setiap formula FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk uji disolusi yang dilakukan terhadap FI dan FII dengan kitosan sebagai pengikat menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 16,74% dan 31,51%, kadar tersebut belum memenuhi persyaratan. Sedangkan FIII dan FIV dengan kitosan sebagai penghancur serta formula kontrol, menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30  sebesar 99,63%, 96,71% dan 96,71%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan uji disolusi tablet parasetamol yang harus terlarut tidak kurang dari 80%  setelah 30 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kitosan sebagai pengikat pada formula tablet parasetamol memberikan profil disolusi yang buruk dibandingkan dengan formula kontrol yang menggunakan gelatin. Sedangkan penggunaan kitosan sebagai penghancur memberikan profil disolusi yang lebih baik dari formula kontrol yang menggunakan amilum jagung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan tambahan dapat mempengaruhi profil disolusi tablet parasetamol menjadi lebih baik jika digunakan sebagai bahan penghancur tetapi menjadi buruk jika digunakan sebagai pengikat.

References

Artiningsih,A., A. Noor dan H. Natsir, 2003. Usaha Biokonversi Kitin Asal Kepiting Rajungan Menjadi Khitosan. Marina Chimica Acta. 4(1) : 9-12
Biotec Surindo, 2013. Certificate of Analysis. Cirebon, Indonesia
Costa, P. dan J. M. S. Lobo, 2001. Modeling and Comparison of Dissolution Profiles. European journal of Pharmaseutical Sciences 13 (2001)123-133.
Dalimunthe dan R. Andayani, 2011. Pengaruh Kafein terhadap Toksisitas Parasetamol ditinjau dari Parameter Farmakokinetika, Kadar AST, ALT, dan Gambaran Histopatologis Jaringan Hati, Ginjal, dan Jantung Tikus Putih. Tesis, Jurusan Farmasi USU.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978. Formularium Nasional Edisi kedua, Jakarta, hal. 3.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat jendral pengawasan obat dan makanan departemen kesehatan RI, Jakarta, hal. 6-7.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat jendral pengawasan obat dan makanan departemen kesehatan RI, jakarta, hal 108, 404, 515, 650, 771, dan 1083-1085
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, 2012. Statistika Perikanan Tangkap Indonesia 2007-2012, Jakarta, hal. 47.
Kaban, J., 2009, Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang dihasilkan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kementrian Kesehatan RI., 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jendral Bina obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Jakarta, hal. 43
Kepsutlu, A.R., A. Savaser, Y. Ozkan, N. Dikmen dan A. Isimer, 1999. Evaluatin of Chitosan Use as an Excipient in Tablet Formulstions. Acta Poloniae Pharmaceutica. 56(3): 227-235. (http://www.ptfarm.pl/pub/File /Acta_Poloniae/1999/3/227.pdf diakses 10 maret 2014 )
Kini, .A.G., Mudit D. dan P.K. Kulkarni, 2011. Enhancement of Solubility and Dissolution Rate of Poorly Water Soluble Drug by Spray Drying Using Different Grade of Chitosan. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3 (2): 231-235 (www.ijppsjournal.com /Vol3Suppl2/2026.pdf diakses 1 februari 2014 ).
Kulkarni, U., B.S. Patil, dan P.G. Kowar, 2010. Evaluation of Tapioca Sago Starch as a Binder in tablet formulation. IJPI’s Journal of Pharmacognosy and Herbal Formulations. 1(1) : 1-8.( www.ijpijournals. com/Articles/PDF/193.pdf diakses 5 februari 2014)
Nadarajah, K., 2005. Development and Characterization of Antimicrobial Edible Films from Crawfish Chitosan. The Department of Food Science, Baton Rouge, La. Louisiana State Univ, hal 8
Niazi, Sarfaraz K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, Second Edition Volume One : Compressed Solid Products, Informa healthcare, New York.
Ritthidej, G. C., P. Chomto, S. Pummangura and P. Menasveta., 1994. Chitin and Chitosan as Disintegrants in Parasetamol Tablets. 20 (13), (http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/03639049409050225?journalCode=ddi diakses 1 februari 2014).
Rowe, R.C., P.J. Sheskey, dan M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients (6th edition). America Pharmaceutical Press. Washington, hal. 159-160,185-188, 278-281,404-406 dan 685-691,
Sanusi, M., 2004. Transformasi Kitin dari Hasil Isolasi Limbah Industri Udang Beku Menjadi Kitosan. Marina Chimica Acta. 5(2) : 28-32. (http://journal.unhas.ac.id/index.php/mca/article/view/230 diakekses 10 januari 2014)
Siregar, C.J.P. Dan S. Wikarsa, 2010. Teknologi Farmasi Sedian Tablet: Dasar-Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, Indonesia, hal. 1-222
Shargel, L. dan Andrew B.C.Yu., 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika terapan. Airlangga University Press, Surabaya, Indonesia, hal. 86-132.
Shaji,J., V. Jain dan S. Lodha, 2010. Chitosan: A Novel Pharmaceutical Excipient. International Journal of Pharmaceutical and Applied Sciences. 1 (1) :11-24. (http://www.ijpasonline.com/current-issue1-2010/11-28.pdf diaksees 15 februari 2014)
Sugita, P., T. Wukirsari, A. Sjahriza dan D. Wahyono. 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. IPB Press, Bogor, Indonesia, hal 18-38,132-150.
Sulistyaningrum, I.H., M. Djatmiko, dan Sugiyono, 2012. Uji Sifat Fisik dan Disolusi Tablet Isosorbid Dinitrat 5 Mg Sediaan Generik dan Sediaan Dengan Nama Dagang yang Beredar di Pasaran. Majalah Farmasi dan Farmakologi,16,(1).:21-30 (http://s3.amazonaws.com/academia.edu. documents. diakses tanggal 1 juni 2014) .
Published
2014-06-13
How to Cite
1.
Dewi Astuti R, Taswin M, Sari N. Pengaruh Pengunaan Kitosan sebagai Zat Tambahan Terhadap Profil Disolusi Tablet Parasetamol. JPP [Internet]. 13Jun.2014 [cited 6Oct.2024];1(14):134-4. Available from: https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/1171